KABARCAKRAWALA.COM, Mamuju – Sulawesi Barat menduduki peringkat kedua dengan angka stunting tertinggi di Indoesia. Oleh karena itu dibutuhkan akurasi data untuk penanganan stunting yang tepat. Salah satu alat yang digunakan untuk menyajikan data akurat prevalensi stunting adalah antropometri.
Distribusi alat antropometri oleh masing-masing Pemda di Prov. Sulbar telah dilakukan. Alat antropometri tersebut disalurkan ke Posyandu masing-masing Kabupaten. Namun beberapa alat antropometri yang telah diterima oleh posyandu di Kab. Pasangkayu dan Kab. Polewali Mandar tidak memenuhi standar sehingga kualitas data yang dihasilkan dalam medeteksi stunting tidak akurat.
“Terdapat beberapa laporan dari petugas Posyandu bahwa alat antropometri yang diterima tidak memenuhi standar, sehingga diharapkan alat antropometri tidak terstandar yang telah didistribusikan ke Posyandu untuk tidak digunakan dan pihak pengadaan mengganti alat tersebut” Ujar Tamin (Koordinator Manager Satgas Stunting Sulbar).
Hasil kalibrasi alat antropometri di lapangan menunjukkan alat tersebut memiliki selisih kurang dari 2 ml dari standar yang telah ditetapkan. Hal tersebut akan mempengaruhi data stunting di Sulbar yang kedepannya akan berakibat fatal dan merembet ke sektor lain.
“Informasi yang kami terima alat kalibrasi memiliki selisih kurang dari 2 ml dari standar yang telah ditetapkan sehingga akan menghasilkan data stunting yang tidak akurat” tambah Tamin.
Standar alat antropometri telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/MENKES/51/2022 tentang Standar Alat Antropometri dan Alat Deteksi Dini Perkembangan Anak. Dalam aturan tersebut telah menjelaskan Antropometri Kit yang digunakan untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan balita terdiri dari alat ukur berat badan bayi (baby scale), alat ukur berat badan injak digital, alat ukur panjang badan, alat ukur tinggi badan, alat ukur lingkar lengan atas, dan alat ukur lingkar kepala dengan kriteria alat yang telah ditentukan.
