Nasional

Revolusi Ekonomi Ala Jokowi: Dari Hilirisasi Hingga Digitalisasi

×

Revolusi Ekonomi Ala Jokowi: Dari Hilirisasi Hingga Digitalisasi

Sebarkan artikel ini

Dalam satu dekade terakhir, lanskap ekonomi Indonesia telah mengalami transformasi yang signifikan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kebijakan-kebijakan yang diimplementasikan selama era ini tidak hanya berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga telah meletakkan fondasi kuat untuk Indonesia menghadapi tantangan global di masa depan.

Mohammad Faisal, Ekonom Core Indonesia, mengatakan, “Pendekatan Jokowi dalam membangun ekonomi Indonesia bisa dibilang game-changer. Beliau tidak hanya fokus pada angka pertumbuhan, tetapi juga pada transformasi struktural ekonomi yang berdampak jangka panjang.”

Salah satu kebijakan paling menonjol adalah program hilirisasi sumber daya alam. Indonesia, yang dulunya terkenal sebagai eksportir bahan mentah, kini bertransformasi menjadi produsen produk bernilai tambah tinggi. “Hilirisasi nikel adalah contoh sempurna,” ujar Faisal. “Ini bukan sekadar tentang meningkatkan nilai ekspor, tapi juga tentang membangun ekosistem industri yang komprehensif, dari hulu ke hilir.”

Dampak dari kebijakan ini terlihat jelas. Kawasan Indonesia Timur, yang sebelumnya tertinggal dalam pembangunan, kini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Faisal menjelaskan, “Di Sulawesi dan Maluku Utara, kita melihat multiplier effect yang luar biasa. Bukan hanya investasi besar yang masuk, tapi juga UMKM lokal yang tumbuh pesat sebagai bagian dari rantai pasok industri.”

Namun, Jokowi tidak berhenti di situ. Beliau juga mendorong transformasi digital ekonomi Indonesia. Melalui program “Making Indonesia 4.0”, pemerintah aktif mendorong adopsi teknologi di berbagai sektor industri. “Ini adalah langkah strategis untuk memastikan Indonesia tidak tertinggal dalam revolusi industri 4.0,” jelas Faisal. “Yang menarik, digitalisasi ini juga membuka peluang bagi UMKM untuk go global melalui e-commerce.”

Kebijakan-kebijakan ini juga didukung oleh reformasi struktural yang komprehensif. Faisal menilai, “Omnibus Law Cipta Kerja, meskipun menuai pro dan kontra, adalah terobosan berani untuk memperbaiki iklim investasi. Ini adalah reformasi yang sudah lama ditunggu investor, baik domestik maupun asing.”

Faisal menambahkan, “Yang patut diapresiasi dari pendekatan Jokowi adalah keseimbangannya. Ada dorongan kuat untuk industrialisasi dan modernisasi, tapi juga ada perhatian besar pada pengembangan ekonomi inklusif. Program-program seperti KUR dan digitalisasi UMKM adalah buktinya.”

Tentu saja, tidak semua kebijakan berjalan mulus. Faisal mengakui, “Tantangan seperti ketimpangan ekonomi antar daerah dan adaptasi terhadap perubahan iklim masih memerlukan perhatian serius. Selain itu, kita juga perlu memastikan bahwa transformasi ekonomi ini tidak meninggalkan sektor-sektor tradisional yang masih menjadi tulang punggung ekonomi banyak daerah.”

Ketika masa kepemimpinan Jokowi mendekati akhir, warisan ekonominya akan terus menjadi bahan diskusi dan evaluasi. Namun, Faisal menegaskan, “Satu hal yang pasti: dekade ini telah mengubah fundamental ekonomi Indonesia. Kita bukan lagi sekadar ‘pasar potensial’, tapi sudah menjadi ‘pemain potensial’ di kancah ekonomi global.”

“Tantangan ke depan adalah bagaimana melanjutkan dan menyempurnakan apa yang telah dimulai,” tutup Faisal. “Momentum transformasi ekonomi ini harus dijaga. Diperlukan konsistensi kebijakan dan inovasi berkelanjutan untuk memastikan Indonesia bisa mengoptimalkan potensi ekonominya di masa depan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *